Selasa, 13 November 2012

'Telat' Kawin...


Kondisi sepertiku ini memang serba salah. Dengan status "telat kawin" (walaupun aku sangat tidak suka dengan kata "telat" itu dan bahkan Mamah Dedeh pun tidak menyetujuinya...), orang-orang mulai mencari hal-hal yang bisa "disalahkan" pada diriku sebagai penyebab dari kondisi "telat"ku ini. Dengan sifatku yang 'agak' temperamental, lalu orang bilang, "Jangan terlalu pemarah jadi perempuan, itu makanya susah dapat jodoh.."

Lalu karakterku yang 'agak' keras dan 'sedikit' (hanya sedikiiiit...saja) idealis dan punya prinsip tertentu (itupun kata orang ya, aku sih tidak merasa..), aku juga disalahkan, "Keras betul jadi perempuan, siapa yang berani dekat jadinya.."

Bahkan intelegensiku sempat disalahkan juga. Ada seorang teman kuliah (lelaki) yang pernah berkata bahwa sebenarnya banyak lelaki sesama teman kuliah kami juga yang dulu menaruh hati padaku. Tapi mereka "takut" padaku karena di mata mereka aku "terlalu pintar". Lalu mereka berkata, "Febby itu 'diluar jangkauan'.." Whaaattt...??? Gimme a break... Maka dengan penuh emosi aku bilang pada temanku yang penyambung lidah itu, "Jadi aku salah menjadi pintar..? Jadi cewek tu harus bego' gitu supaya cowok-cowok mau mendekat..??" Susah juga temanku itu menjelaskannya karena memang alasan itu menurutku amat sangat tidak masuk akal.

Dalam beberapa artikel aku memang pernah membaca bahwa pria memang agak enggan mendekati wanita yang cenderung memiliki tingkat intelegensi lebih tinggi daripada mereka para pria. Alasannya karena para pria ini takut dikuasai, jadi 'ditindas' dalam rumah tangga nantinya. Tapi menurutku sih tidak juga.. Pintarnya seperti apa dulu..? Pintar tidak sama dengan egois, dan itu tidak bisa digeneralisir. Maka tidak semua pintar itu berkonotasi negatif. Bahkan pintar itu memang tidak negatif, malah positif sekali.. Baguslah kalau dapat pasangan yang pintar supaya nanti anaknya juga pintar. Yang terpenting kan bagaimana sifatnya, asal jangan mentang-mentang pintar lalu jadi menyombongkan diri. Itu yang salah..

Jadi kondisi serba salah itu terletak pada.., ya..keserbasalahan itu.. Punya kekurangan seperti temperamen atau “sedikit” keras, salah.. Punya kelebihan di intelegensi, salah.. Jadi mesti bagaimana..? Yaa..itulah hal-hal yang dicari-cari orang untuk membuat diriku dan orang-orang sepertiku merasa terpojok dengan keadaan. Tidak tahu juga apa motivasi mereka melakukan itu. Mungkin justru karena sebenarnya mereka iri melihat orang-orang sepertiku yang masih bisa bebas kesana kemari tanpa terganggu “panggilan darurat” untuk segera pulang karena ada yang rewel…

Pun bagiku, lebih baik menjadi orang yang sedikit “telat” tapi jadi punya banyak waktu untuk belajar lebih banyak daripada orang yang “cepat dan tepat waktu” tapi pada akhirnya semua dijalani dengan penuh keterpaksaan akibat keterlanjuran. Teringat kata-kata seorang Mario Teguh (sejujurnya aku kurang simpati padanya tapi sejujurnya pula kata-kata ini sangat benar dalam sudut pandangku):
“Berpisah sebelum menikah memang pedih, tapi tidak sepedih keharusan untuk tetap bersama dalam pernikahan yang penuh penyesalan.”

Dan hanya kepada-Nya lah segala urusan kita kembalikan… Wallahu a’lam…


Tidak ada komentar: