Kondisi sepertiku ini memang serba salah. Dengan status "telat
kawin" (walaupun aku sangat tidak
suka dengan kata "telat" itu dan bahkan Mamah Dedeh pun tidak
menyetujuinya...), orang-orang mulai mencari hal-hal yang bisa
"disalahkan" pada diriku sebagai penyebab dari kondisi
"telat"ku ini. Dengan sifatku yang 'agak' temperamental, lalu orang
bilang, "Jangan terlalu pemarah jadi
perempuan, itu makanya susah dapat jodoh.."
Lalu karakterku yang 'agak' keras dan 'sedikit' (hanya sedikiiiit...saja)
idealis dan punya prinsip tertentu (itupun
kata orang ya, aku sih tidak merasa..), aku juga disalahkan, "Keras betul jadi perempuan, siapa yang
berani dekat jadinya.."
Bahkan intelegensiku sempat disalahkan juga. Ada seorang teman kuliah (lelaki)
yang pernah berkata bahwa sebenarnya banyak lelaki sesama teman kuliah kami juga
yang dulu menaruh hati padaku. Tapi mereka "takut" padaku karena di mata
mereka aku "terlalu pintar". Lalu mereka berkata, "Febby itu 'diluar
jangkauan'.." Whaaattt...??? Gimme a
break... Maka dengan penuh emosi aku bilang pada temanku yang penyambung lidah
itu, "Jadi aku salah menjadi pintar..?
Jadi cewek tu harus bego' gitu supaya cowok-cowok mau mendekat..??" Susah
juga temanku itu menjelaskannya karena memang alasan itu menurutku amat sangat tidak
masuk akal.
Dalam beberapa artikel aku memang pernah membaca bahwa pria memang agak enggan
mendekati wanita yang cenderung memiliki tingkat intelegensi lebih tinggi daripada
mereka para pria. Alasannya karena para pria ini takut dikuasai, jadi 'ditindas'
dalam rumah tangga nantinya. Tapi menurutku sih tidak juga.. Pintarnya seperti apa
dulu..? Pintar tidak sama dengan egois, dan itu tidak bisa digeneralisir. Maka
tidak semua pintar itu berkonotasi negatif. Bahkan pintar itu memang tidak negatif,
malah positif sekali.. Baguslah kalau dapat pasangan yang pintar supaya nanti anaknya
juga pintar. Yang terpenting kan bagaimana sifatnya, asal jangan mentang-mentang
pintar lalu jadi menyombongkan diri. Itu yang salah..
Jadi kondisi serba salah itu terletak pada.., ya..keserbasalahan itu..
Punya kekurangan seperti temperamen atau “sedikit” keras, salah.. Punya
kelebihan di intelegensi, salah.. Jadi mesti bagaimana..? Yaa..itulah hal-hal
yang dicari-cari orang untuk membuat diriku dan orang-orang sepertiku merasa
terpojok dengan keadaan. Tidak tahu juga apa motivasi mereka melakukan itu. Mungkin
justru karena sebenarnya mereka iri melihat orang-orang sepertiku yang masih
bisa bebas kesana kemari tanpa terganggu “panggilan darurat” untuk segera
pulang karena ada yang rewel…
Pun bagiku, lebih baik menjadi orang yang sedikit “telat” tapi jadi punya
banyak waktu untuk belajar lebih banyak daripada orang yang “cepat dan tepat
waktu” tapi pada akhirnya semua dijalani dengan penuh keterpaksaan akibat
keterlanjuran. Teringat kata-kata seorang Mario Teguh (sejujurnya aku kurang simpati padanya tapi sejujurnya pula kata-kata
ini sangat benar dalam sudut pandangku):
“Berpisah sebelum menikah memang
pedih, tapi tidak sepedih keharusan untuk tetap bersama dalam pernikahan yang
penuh penyesalan.”
Dan hanya kepada-Nya lah segala
urusan kita kembalikan… Wallahu a’lam…