Jumat, 12 April 2013

Karena Manusia Perlu Belajar


Secara harfiah, musibah berarti sesuatu yang mengenai kita atau menimpa kita. Lazimnya, musibah adalah ujian atau segala sesuatu yang tidak kita inginkan untuk terjadi. Itu berarti bahwa musibah dapat dialami semua orang, apakah itu orang baik maupun orang jahat. Ini berbeda dengan azab yang yang diberikan kepada orang-orang yang durhaka kepada Allah dan menolak untuk bersyukur (kufur). Azab tidak selalu datang saat kita berada di dunia. Ada azab yang ditangguhkan hingga datangnya hari kiamat. Sedangkan bala secara spesifik ditujukan kepada orang yang sedang memperjuangkan kebaikan, baik untuk dirinya maupun untuk orang banyak. Maka, bala sering disebut sebagai ujian yang dimaksudkan untuk membuktikan kualitas seseorang, apakah dia benar-benar beriman atau tidak. Dari pengertian diatas, mungkin dapat disimpulkan bahwa semua yang terjadi pada bangsa ini (mulai dai tsunami, gempa hebat, banjir besar, angin puting beliung, semburan lumpur panas tak berkesudahan, dan sebagainya) dapat disebut dengan musibah karena menimpa orang banyak, yang kita tidak dapat pastikan apakah dia baik atau jahat.
            Pada dasarnya tidak ada satu manusia pun yang mengharapkan datangnya musibah., tapi juga tidak ada satu manusia pun yang dapat menangkalnya. Dan meskipun semua musibah itu pahit bagi manusia, namun khasiatnya akan tergantung pada bagaimana manusia itu menghayati dan meresponnya. Hidup kita tidak ditentukan oleh musibah yang menimpa kita, melainkan dari apa yang kita lakukan terhadap musibah itu.
            Dapat dikatakan bahwa musibah merupakan pendidikan Tuhan kepada umat-Nya, meskipun bentuknya buruk menurut kita. Dengan kata lain, musibah yang menimpa kita, apapun bentuknya, seberapapun ukurannya, pada dasarnya bukan semata-mata kejadian yang seratus persen buruk untuk kita. Ada pencerahan di balik musibah itu.
Pertama, pendidikan Tuhan itu tidak harus sesuatu yang kita inginkan. Justru sebaliknya seringkali berupa sesuatu yang yang tidak kita inginkan seperti kesengsaraan, penderitaan, kegagalan, atau musibah. Kedua, ujian dalam pendidikan Tuhan tidak diberitahu waktu dan materinya. Ujian itu bisa datang kapan saja, terlepas dari apakah kita sudah siap atau belum dalam menghadapinya. Bahkan secara umum dapat dikatakan bahwa pelajaran itu justru kita dapatkan setelah ujian datang, dan pelajaran hanya bisa diambil oleh orang-orang yang dapat mengambil hikmah.
Karenanya, kalau saja kita dapat mengambil hikmah dibalik semua peristiwa yang terjadi pada kita, percayalah bahwa kita dapat merasakan indahnya hidup. Buku ini mengajarkan kepada kita bagaimana cara memaknai musibah, sehingga kita tidak menjadi orang yang kufur dan berprasangka buruk kepada Tuhan. Dibandingkan buku bertema serupa, buku ini penulis anggap lebih bagus karena lebih jelas mendefinisikan musibah dan sejenisnya, penyebab datangnya musibah, dan bagaimana memaknainya. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang bersyukur.
           
Referensi
AN. Ubaedy, 2008, Tiada Musibah Tanpa HikmahGrafindo Khazanah Ilmu