Selasa, 30 Oktober 2012

'Kan Udah "Laku"...

Banyak orang yang sudah menikah, jika diajukan hal-hal yg berkaitan dengan kekurangannya, misalnya penampilan yang mulai kurang menarik, gigi yang sudah ada ompongnya, tubuh yang menggelembung disana-sini, atau bahkan ketidaktahuan atas sesuatu yg sesungguhnya perlu diketahuinya, dengan santainya menjawab, "Biar aja, kan udah laku.."

Kasihan sekali bahwa segala sesuatu yang ada pada diri mereka, yang mereka miliki ataupun yang tidak mereka miliki, hanya bermuara pada satu alasan: LAKU! Tidakkah mereka tahu bahwa Tuhan tidak menyuruh manusia hidup hanya untuk "menjadi laku"? Tidakkah mereka tahu bahwa sebuah pernikahan patut dipertahankan dengan meningkatkan kualitas diri kita dalam segala hal menjadi lebih baik? Tidakkah mereka tahu bahwa mempertahankan jauh lebih sulit daripada memulai? Tidakkah mereka tahu bahwa kondisi "sudah laku" itu bisa saja berakhir kapan saja dengan cara apa saja, terlebih jika pelakunya tidak berusaha untuk mempertahankannya dengan meningkatkan kualitas dirinya secara keseluruhan?

Semoga kelak jika kondisiku "sudah laku", aku tidak akan menjadikan kondisi "sudah laku" itu sebagai alasan dan pembenaran atas ketidakinginanku memperbaiki kekuranganku dan meningkatkan kualitas diri. Na'uzubillahiminzalik...


Jumat, 05 Oktober 2012

Me and English are United



 Banyak yang bertanya padaku, bagaimana caranya agar bisa lancar berbahasa Inggris. Apalagi mereka melihat, meski aku sudah 6 tahun tidak mengajar, tapi (alhamdulillah) masih bisa casciscus ngomong. Susah juga aku menjelaskannya. Tapi mungkin inilah yang disebut orang "bisa karena biasa". Bukan bermaksud membesar-besarkan diri (aku tidak tahu bagaimana cara mengatakannya tanpa dibilang sombong, dan mudah-mudahan saja memang tidak dianggap sombong), aku dengan Bahasa Inggris ini memang sudah terbiasa. Bapak mungkin memang tidak ada waktu lagi untuk mengajarkan anak-anaknya satu persatu bahwa "this is a door", "that is a window", blablabla.. Namun beliau memfasilitasi kami dengan media-media pembelajaran yang memungkinkan kami untuk mengenal Bahasa Inggris tanpa merasa ‘diajar’ sehingga semuanya dilakukan dengan penuh kegembiraan (full of fun). Dulu kan jamannya piringan hitam. Kami punya banyak piringan hitam yang berisikan folksongs berbahasa Inggris seperti "Hickory Dickory Dock", "Mary Had A Little Lamb", "Que Sera Sera", “Ten Little Indians”, dan sebagainya, yang biasa kudengarkan setiap hari sepulang sekolah. Bukan untuk dihafal, tapi untuk didengar saja yang pada akhirnya lama kelamaan menjadi pembiasaan secara tak sadar sehingga telinga ini tidak asing lagi dengan "bunyi-bunyian" asing itu.
Dan percaya atau tidak, di kelas 3 SD aku juga sudah terbiasa mendengarkan lagu-lagu Elvis Presley seperti "Are You Lonesome Tonight", "It's Now or Never", dan yang lainnya. Betapa hampir setiap hari sepulang sekolah, aku dan kakak perempuanku selalu mampir ke perangkat tape (dulu jamannya pakai kaset, belum ada CD), lalu menghidupkan kaset itu hingga pada akhirnya pitanya kusut dan kasetnya tak bisa didengar lagi. Kami memang belum bisa memahami apa isi lagu itu (untung saja, karena memang belum ‘layak paham’ sebenarnya kan..), tapi setidaknya dengan pembiasaan itu, telinga ini terlatih untuk sebuah bahasa yang tidak digunakan sehari-hari, yang daya tahannya lebih lama dengan cara seperti ini daripada les dengan biaya belasan juta sekalipun.
Semoga ini bisa menjadi inspirasi para orang tua yang ingin anak-anaknya pandai berbahasa asing. Dan ini bukan hanya untuk Bahasa Inggris saja ya.. Untuk Bahasa Arab pun juga bisa diterapkan, dan jaman sekarang pilihan sudah begitu banyak bagi para orang tua. Dan aku kelak juga ingin mempraktikkan yang sama untuk kedua bahasa. Syukur-syukur dapat pasangan yang bisa berbahasa Arab dengan lancar, jadi orang tuanya sudah komplit, Arab-Inggris.. ;-)