Seringkali kita dengan mudahnya mengatakan, “Aku
ikhlas dengan semua yang terjadi.” Tapi benarkah yang kita ucapkan ini sesuai
dengan apa yang kita rasakan? Sesungguhnya ikhlas itu tidak dapat diucapkan,
dia hanya mampu dirasakan, dan itu menjadi rahasia kita dengan Allah SWT.
Sebelum
kita dengan mudah mengklaim bahwa diri kita ikhlas, ada baiknya kita mengetahui
terlebih dulu pengertian ikhlas tersebut, agar apa yang kita ucapkan itu
benar-benar sesuai dengan apa yang kita rasakan.
Ikhlas
berasal dari kata kholuso yang
artinya bersih, jernih, murni, suci atau tidak ternoda. Dalam pengertiannya
ikhlas berarti sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa
mencampurinya. Orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni
hanya untuk Allah dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain
dan tidak riya dalam beramal.
Hasan al-Banna berkata tentang makna
ikhlas, “Ikhlas adalah seorang saudara
muslim yang bermaksud dengan kata-katanya, amalnya, dan jihadnya, seluruhnya
hanya kepada Allah, untuk mencari ridho Allah dan balasan yang baik dari Allah
dengan tanpa melihat kepada keuntungan, bentuk, kedudukan, gelar, kemajuan atau
kemunduran. Dengan demikian dia menjadi tentara aqidah dan fikrah, dan bukan tentara keinginan atau
manfaat.”
Ada
beberapa keuntungan yang akan kita peroleh apabila kita selalu ikhlas, yaitu
kebahagiaan dan kepuasan yang tak terputus karena tidak mengharapkan imbalan
apapun dari manusia; tidak diliputi oleh ketakutan dan kekhawatiran, malaikat
akan menjadi penolong dan menggembirakannya dengan janji-janji surga; semua
makhluk akan mencintai dan menyayanginya; mampu menjalani hidup dengan penuh
semangat, gairah, dan prestasi; tegar, kuat dan tidak putus asa dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup; mampu mempertahankan, memelihara dan
memperkuat Ukhuwah Islamiyyah; serta mendapat surga terindah.
Karena
itu pulalah tidak heran jika Hasan al-Banna juga pernah berkata, “Ikhlas itu kunci keberhasilan. Para
salafushalih yang mulia, tidak menang kecuali karena kekuatan iman, kebersihan
hati, dan keikhlasan mereka…” Maka jika kita ingin menjadi seorang muslim
yang menang, jadikanlah ikhlas sebagai senjata kita dalam menghadapi hidup yang
serba keras ini.
Mahmud Ahmad Mustafa, 2009, Dahsyatnya Ikhlas, Mutiara Media