Sabtu, 17 November 2012

Ketika Do'a Kita Belum Dikabulkan...


Bukan hanya aku, tapi nyaris kita semua – manusia, hamba Allah Ta’ala – seringkali bertanya-tanya pada diri sendiri, dan bahkan yang lebih parahnya lagi jengkel, karena merasa sudah “berbusa-busa” memohon dan meminta sesuatu kepada-Nya namun belum juga terkabulkan hingga detik terakhir kita bernafas saat ini. Untuk kita semua, ada baiknya kita baca riwayat ini :

Suatu hari ketika Ibrahim bin Adam 'alaihissalam berjalan melewati sebuah pasar di negeri Bashrah, seorang laki-laki dari kaumnya bertanya,"Wahai Ibrahim, kami sudah berdo'a kepada Allah subhanahu wa ta'ala namun kenapa sampai sekarang Dia tidak mengabulkan do'a dan permintaan kami?"
Nabi Ibrahim menjawab,"Karena sesungguhnya hati kalian semua telah mati!"
Setelah itu mereka bertanya lagi,"Apakah yang membuat hati kami menjadi mati, wahai Ibrahim?"
Nabi Ibrahim menjawab,"Hati kalian menjadi mati disebabkan oleh sepuluh perkara yaitu kalian mengetahui Allah subhanahu wa ta'ala namun kalian tidak pernah menunaikan hak-hak-Nya; kalian senantiasa membaca kitab suci tetapi kalian enggan untuk mengamalkannya; kalian mengikrarkan diri bahwa kalian mencintai Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tetapi kalian senantiasa meninggalkan sunnah-sunnahnya; kalian berkata bahwa keberadaan surga adalah nyata tetapi kalian tidak pernah melakukan perbuatan yang dapat menjadikan kalian masuk ke surga; kalian berkata bahwa keberadaan neraka adalah nyata tetapi kalian tidak lari menjauhi perbuatan yang dapat membuat kalian masuk ke dalamnya; kalian mengetahui hal-hal yang baik tetapi kalian sengaja meninggalkannya; kalian mengetahui hal-hal yang buruk tetapi kalian sengaja mengikuti dan mengerjakannya; kalian mengikrarkan bahwa setan adalah musuh kalian semua tetapi kalian tidak benar-benar menjadikannya sebagai musuh dan lebih memilih untuk mengikutinya; kalian mengubur jenazah salah seorang dari kalian tetapi kalian tidak mengambil pelajaran dari kematiannya; kalian senantiasa memakan dan menikmati karunia yang diberikan Allah subhanahu wa ta'ala tetapi kalian tidak pernah bersyukur kepada-Nya; dan kalian senantiasa sibuk membicarakan aib orang lain dan melupakan aib yang ada dalam diri kalian sendiri. Dengan sepuluh macam perkara yang kalian lakukan ini, maka bagaimana mungkin Allah subhanahu wa ta'ala mengabulkan do'a kalian semua?"

(Sumber: Buku "Wujudkan Impian Anda dengan Do'a" oleh Syaikh Majdi Muhammad Asy-Syahawi, terbitan An-Naba', 2009)

Maka marilah kita merenung, apakah kita termasuk diantara sepuluh perkara tersebut. Jika satu saja ya, maka benahilah diri kita untuk dapat menjadi orang yang Allah Ta’ala ridhoi agar Dia ridho pula atas permintaan kita.. Wallahu a’lam…

Selasa, 13 November 2012

'Telat' Kawin...


Kondisi sepertiku ini memang serba salah. Dengan status "telat kawin" (walaupun aku sangat tidak suka dengan kata "telat" itu dan bahkan Mamah Dedeh pun tidak menyetujuinya...), orang-orang mulai mencari hal-hal yang bisa "disalahkan" pada diriku sebagai penyebab dari kondisi "telat"ku ini. Dengan sifatku yang 'agak' temperamental, lalu orang bilang, "Jangan terlalu pemarah jadi perempuan, itu makanya susah dapat jodoh.."

Lalu karakterku yang 'agak' keras dan 'sedikit' (hanya sedikiiiit...saja) idealis dan punya prinsip tertentu (itupun kata orang ya, aku sih tidak merasa..), aku juga disalahkan, "Keras betul jadi perempuan, siapa yang berani dekat jadinya.."

Bahkan intelegensiku sempat disalahkan juga. Ada seorang teman kuliah (lelaki) yang pernah berkata bahwa sebenarnya banyak lelaki sesama teman kuliah kami juga yang dulu menaruh hati padaku. Tapi mereka "takut" padaku karena di mata mereka aku "terlalu pintar". Lalu mereka berkata, "Febby itu 'diluar jangkauan'.." Whaaattt...??? Gimme a break... Maka dengan penuh emosi aku bilang pada temanku yang penyambung lidah itu, "Jadi aku salah menjadi pintar..? Jadi cewek tu harus bego' gitu supaya cowok-cowok mau mendekat..??" Susah juga temanku itu menjelaskannya karena memang alasan itu menurutku amat sangat tidak masuk akal.

Dalam beberapa artikel aku memang pernah membaca bahwa pria memang agak enggan mendekati wanita yang cenderung memiliki tingkat intelegensi lebih tinggi daripada mereka para pria. Alasannya karena para pria ini takut dikuasai, jadi 'ditindas' dalam rumah tangga nantinya. Tapi menurutku sih tidak juga.. Pintarnya seperti apa dulu..? Pintar tidak sama dengan egois, dan itu tidak bisa digeneralisir. Maka tidak semua pintar itu berkonotasi negatif. Bahkan pintar itu memang tidak negatif, malah positif sekali.. Baguslah kalau dapat pasangan yang pintar supaya nanti anaknya juga pintar. Yang terpenting kan bagaimana sifatnya, asal jangan mentang-mentang pintar lalu jadi menyombongkan diri. Itu yang salah..

Jadi kondisi serba salah itu terletak pada.., ya..keserbasalahan itu.. Punya kekurangan seperti temperamen atau “sedikit” keras, salah.. Punya kelebihan di intelegensi, salah.. Jadi mesti bagaimana..? Yaa..itulah hal-hal yang dicari-cari orang untuk membuat diriku dan orang-orang sepertiku merasa terpojok dengan keadaan. Tidak tahu juga apa motivasi mereka melakukan itu. Mungkin justru karena sebenarnya mereka iri melihat orang-orang sepertiku yang masih bisa bebas kesana kemari tanpa terganggu “panggilan darurat” untuk segera pulang karena ada yang rewel…

Pun bagiku, lebih baik menjadi orang yang sedikit “telat” tapi jadi punya banyak waktu untuk belajar lebih banyak daripada orang yang “cepat dan tepat waktu” tapi pada akhirnya semua dijalani dengan penuh keterpaksaan akibat keterlanjuran. Teringat kata-kata seorang Mario Teguh (sejujurnya aku kurang simpati padanya tapi sejujurnya pula kata-kata ini sangat benar dalam sudut pandangku):
“Berpisah sebelum menikah memang pedih, tapi tidak sepedih keharusan untuk tetap bersama dalam pernikahan yang penuh penyesalan.”

Dan hanya kepada-Nya lah segala urusan kita kembalikan… Wallahu a’lam…