Rabu, 14 Maret 2012

Telah terbit, KOPI HUJAN PAGI (Kumpulan Puisi dan Cerpen Sekolah Menulis Paragraf)


Telah terbit, KOPI HUJAN PAGI (Kumpulan Puisi dan Cerpen Sekolah Menulis Paragraf). Para penulisnya adalah: Afriyanti, Agus Yoni Pw, Azizah Masdar, Cahaya Buah Hati, Chamex, Cikie Wahab, Febby Fortinella Rusmoyo, Guri Ridola, Jeni Fitriasha, Nurhusni Kamil, Refila Yusra, Srikartini Widyaningsih (Puan Seruni), Wari Rahmawati, dan Zurnila Emhar Ch. Berikut komentar-komentar mengenai buku ini:

“Inilah buah dari kebun sastra Sekolah Menulis Paragraf yang khas dengan tema-tema terpilih. Catatan perih catatan bahagia dari Riau, menuju Indonesia. Puisi dan Cerpen dalam buku ini menjadi catatan penting bagi peta kesusastraan Indonesia, dan karenanyalah layak untuk diperhitungkan.” (JONI ARIADINATA, Redaktur Majalah Sastra Horison)

Sebuah komunitas kreatif—seperti Komunitas Paragraf ini—bagi saya ibarat sarang penetasan. Di situ suhu dan kelembaban dipertahankan pada tingkat ideal agar setiap telur tererami dengan baik. Harapannya adalah sebagian besar telur ‘bakat’ itu menetas, dan menjadi penulis yang mengembangkan keunggulan masing-masing. Sebuah buku karya bersama adalah tanda awal, seperti retak pada dinding cangkang masing-masing telur bakat itu. (HASAN ASPAHANI, sastrawan, Pemimpin Redaksi Batam Pos)

Suatu kali, saya pernah singgah di Sekolah Menulis Paragraf di gerai Ibrahim Sattah, berbincang-bincang tentang sastra dan dunia kepenulisan. Yang membanggakan, pesertanya dari berbagai kalangan, mulai dari perawat, dosen, pengusaha, siswa, sampai mahasiswa dan orang awam. Kehadiran Sekolah Menulis Paragraf yang diprakarsai oleh Marhalim Zaini dan kawan-kawannya ini terbukti mampu memupuk dan mengajuk resa kepenulisan di tanah Melayu. Dari sini, telah lahir beberapa penulis handal. Semangat ini seharusnya mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Semoga Sekolah Menulis Paragraf menjadi taman bagi para penulis. (MUSA ISMAIL, sastrawan, Komunitas Cahaya Pena Bengkalis)

Empat belas penulis cerpen dan puisi berusia belia dalam antologi Kopi Hujan Pagi, telah menyuguhkan secangkir kopi yang memuaskan. Para penulis yang tergabung dalam Sekolah Menulis Paragraf Riau ini, membuktikan bahwa sebuah komunitas sastra berdayaguna bagi pengenalan dan pengembangan seseorang kepada penulisan kreatif. Karya-karya yang terhimpun dalam Kopi Hujan Pagi menyuguhkan kehangatan, dan diharapkan menginspirasi remaja lain untuk bersama-sama “duduk (bersila)” menikmati secangkir puisi (bukan lagi kopi), demi mencerahkan. (ISBEDY STIAWAN ZS, sastrawan, Lampung)

Ada semangat lain ketika berada dalam sebuah komunitas. Gairah yang dengan sendirinya memicu keinginan untuk saling berpacu. Meski terkadang komunitas sering menjebak penghuninya dalam keseragaman, akan tetapi diskusi-diskusi dan keberbedaan pendapat pada akhirnya akan melepaskan seseorang untuk menuju gaya masing-masing. Dalam antologi “Kopi Hujan Pagi” para penghuni Sekolah Menulis Paragraf berhasil keluar dari jebakan keseragaman tersebut. Karya-karya mereka hadir mewakili diri sendiri. Sebagaimana baiknya, komunitas hanya menjadi payung. Tujuan paling akhir tetapn tergantung kepada masing-masing yang berada di dalamnya. Selamat! (IYUT FITRA, sastrawan, Komunitas Seni Intro Payakumbuh)

Kreativitas tak pernah mati di negeri Sahibul Kitab, Riau. Buku antologi “Kopi Hujan Pagi” yang memuat karya penulis generasi baru ini menjadi saksi dan bukti. Beragam tema dan pola dalam karya mereka, memperlihatkan upaya pencarian identitas sekaligus menggali kedalaman nilai yang mereka geluti masing-masing, terutama nilai ‘lokal’ yang dapat mengangkat kebesaran negeri ini yang telah mewariskan tradisi sastra yang kuat. (FAKHRUNNAS MA JABBAR, Sastrawan, Riau)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum sister,
Saya Khadijah from Malaysia. Boleh saya berhubung dengan sister untuk bertanya tentang UIN SUSKA?
Disertakan emel saya: khilmun@gmail.com